Sabtu, 15 Maret 2014

Tugas Besar Filsafat Manusia

ini tugas besar saya mata kuliah Filsafat Manusia Semester 4. Semoga menjadi inspirasi buat kalian semua :) :)



Tugas Individu

FILSAFAT MANUSIA
“Analisis Biografi R.A. Kartini”




 








Di Susun oleh :
TIRTA CAHYANI
4512091008



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 45 MAKASSAR




 


“ANALISIS BIOGRAFI RADEN AJENG KARTINI”



 




Nama Lengkap                        : Raden Ajeng Kartini
Alias                                        : R.A Kartini
Kartini Tanggal Lahir              : Jepara 21 April 1879
Tempat Lahir                           : Jepara, Jawa Tengah
Ayah                                       : Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat
Ibu                                           : M.A Ngasirah
Suami                                      : K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak                                       : Raden Mas Soesalit
Wafat                                      : 17 September 1904


       I.            DESKRIPSI KASUS
Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).
Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Karena tekad bulat kartini untuk mencapai cita citanya, Kartini mulai mengembangkan dengan belajar menulis dan membaca bersama teman sesama perempuannya, saat itu juga Kartini juga belajar bahasa Belanda.
Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.
Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orang tuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.. Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Saat ini mudah-mudahan di Indonesia akan terlahir kembali Kartini-kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak. Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan menentukan jodoh/suami sendiri, dan lain sebagainya.
Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu. Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini. Belakangan ini, penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar agak diperdebatkan. Dengan berbagai argumentasi, masing-masing pihak memberikan pendapat masing-masing. Masyarakat yang tidak begitu menyetujui, ada yang hanya tidak merayakan Hari Kartini namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember. 
Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya. Namun yang lebih ekstrim mengatakan, masih ada pahlawan wanita lain yang lebih hebat daripada RA Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya. Sedangkan mereka yang pro malah mengatakan Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah dalam skop nasional. Sekalipun Sumpah Pemuda belum dicetuskan waktu itu, tapi pikiran-pikirannya tidak terbatas pada daerah kelahiranya atau tanah Jawa saja. Kartini sudah mencapai kedewasaan berpikir nasional sehingga nasionalismenya sudah seperti yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda 1928.
Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.
"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-sekali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama."

“Menyandarkan diri kepada manusia, samalah halnya dengan mengikatkan diri kepada manusia. Jalan kepada Allah hanyalah satu. Siapa sesungguhnya yang mengabdi kepada Allah, tidak terikat kepada seorang manusia pun ia sebenar-benarnya bebas.”

    II.            RUMUSAN MASALAH
·         Kebebasan yang seperti apakah yang diinginkan R.A.Kartini?
·         Apakah dengan menentukan pilihan, bisa dikatakan kebebasan?
·         Perlukah kebebasan itu? Seberapa penting kebebasan itu?

 III.            KAJIAN PUSTAKA
Manusia secara spontan tahu tentang kebebasan karena ia hadir pada dirinya sendiri yang bertindak. Manusia bebeas memilih sekaligus secara kodrati terdorong untuk menuju diri yang sejati. Manusia adalah makhluk yang bebas sekaligus terikat. Dalam refleksi filosofis yang dijalankan sampai sekarang manusia ditemukan sebagai makhluk paradoksal. Paradoksa juga berhubungan dengan kebebasan. Secara negative kata “bebas” berarti tidak ada paksaan. Paksaan bisa menyangkut fisik, psikologis, social, historis, dan sebagainya. Semua factor tersebut ikut menentukan kelakuan manusia. Jika factor-faktor itu menentukan kelakuan secara menyeluruh, maka tindakan tidak lagi disebut bebas. Inti dan hakikat kebabasan ialah bahwa penentuan datang dari diriku sendiri. Maka hakikat kebebasan adalah penentuan diri.
Setiap manusia dalam hatinya mengidam-ngidamkan kebebasan bagi dirinya sendiri, maksud kebebasan di sini sebagai makna keberadaan kita sebagai manusia. Meskipun manusia bebas terhadap hal yang terbatas, namum di dalam kebebasan pilihan juga hadir suatu keharusan. Aku mempunyai kewajiaban menuju kebaikan sejati. Keharusan itu bukan dererminisme. Untuk keharusan yang bersifat deterministis, aksi dan reaksi bersifat pasif dan berjalan dengan suatu tujuan. Lain halnya dengan manusia. Keharusan dalam kehendak direalisasikan secara bebas. Keharusan etis menyatakan diri kepadaku sebagai suatu syarat.
Manusia seperti segala makhluk yang lain tidak bebas untuk menentukan arah keharusan kodratinya, namum pelaksanaannya buka dengan suatu keharusan yang bersifat deterministis. Keharusan kodrati mendorong, namum tidak memaksa. Manusia tahu tentang kemungkinan yang terbuka dan ia harus memilih. Jadilah diri yang sejati.
Kebebasan sering disamakan dengan “bebas untuk memilih”, namum ternyata bukan itu yang dimaksud dengan “kebebasan sejati”. Paradoks kebebasan terletak pada kebebasan pilihan dan kebebasan sejati. Dengan “kebebasan pilihan” dimaksud bahwa manusia bebas untuk memilih antara ini atau itu, untuk bertindak atau tidak. Kehendak sendiri harus menentukan. Segala sesuatu siap untuk bertindak atau tidak bertindak, ke arah ini atau ke arah lain. Namun tidak ada apa pun di luar kehendak sendiri. Tetap saya sendirilah yang harus menentukan sikap terhadap yang satu itu. Saya dapat pasrah, namun saya juga dapat protes dan melawan. Inilah kebebasan pilihan, maka tidak sama dengan kebebasan sejati.
Kebebasan pilihan ada dalam diri saya karena saya manusia. Setiap saat saya harus menentukan diri saya sendiri. Kebebasan ini ada dalam diri saya tanpa jasa saya sendiri, karena itu dapat disebut anugrah. Perkataan “anugrah” mengandaikan bahwa aku menilai kebebasan pilihan secara positif.  Saya harus memikirkan diri saya sendiri ketika memilih makna atau nilai untuk diri saya sendiri dalam tindakan menjadi sadar akan eksistensi saya.
Hanya melalui pilihan manusia selama hidup di dunia ini dapat menuju kebebasan kodrati. Semakin kehendak terarah menuju kebaikannya, manusia semakin menjadi manusia yang baik. Namum, kehendak dapat juga terarah kepada yang jahat. Setiap perbuatan baik memperkuat arah menuju kebaikan.
Keadaan perasaan beraneka ragam. Menghadapi suatu kebaikan yang belum tercapai, timbul keinginan dalam hati untuk meraihnya. Perasaan berpusat pada hati. Kata Albert Camus “Hatiku dari awal tersentuh dan aku membutuhkan seluruh hidupku untuk mengungkapakn dan melakasanakannya.
 IV.            ANALISIS REFLEKTIF
Raden Ajeng Kartini lahir di kota Jepara,  salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Di sinilah Kartini tidak merasakan kebebasan. Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita. Paksaan bisa menyangkut fisik, psikologis, social, historis, dan sebagainya. Semua factor tersebut ikut menentukan kelakuan manusia. Jika factor-faktor itu menentukan kelakuan secara menyeluruh, maka tindakan tidak lagi disebut bebas.
Kartini mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah. Akhirnya membaca menjadi kegemarannya. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu.  Kartini bebas untuk memilih antara ini atau itu. Kehendak sendiri harus menentukan. Inilah kebebasan pilihan. Tetap kita sendirilah yang harus menentukan sikap terhadap yang satu itu. Kebebasan pilihan ada dalam diri  karena saya manusia.
Dari surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902 :
"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-sekali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama."
Dari surat itulah Kartini menilai kebebasan pilihan secara positif.  Kartini memikirkan dirinya sendiri ketika memilih makna atau nilai untuk dirinya sendiri dalam tindakan menjadi sadar akan eksistensinya sebagai kaum wanita. Inti dan hakikat kebebasan ialah bahwa penentuan datang dari diri sendiri. Maka hakikat kebebasan adalah penentuan diri.



KESIMPULAN
·         Kebebasan hadir pada diri sendiri yang bertindak. Manusia bebas memilih sekaligus secara kodrati terdorong untuk menuju diri yang sejati. Manusia adalah makhluk yang bebas sekaligus terikat. Hakikat kebebasan adalah penentuan diri.
·         Paradoks kebebasan terletak pada kebebasan pilihan dan kebebasan sejati. Kebebasan sejati direalisasikan melalui kebebasan pilihan. Hanya kebebasan pilihan manusia selama hidup di dunia ini dapat menuju kebebasan kodrati. Keterarahan makin kuat dan tetap menuju diri yang baik.













  

DAFTAR PUSTAKA

  • Snijders, A., 2004, Antropologi Filsafat, Manusia: Paradoks dan Seruan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
·         Wink Yagami . Biografi Raden Ajeng Kartini. Tersedia : http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/01/biografi-ra-kartini.html [ 7 Januari 2014, 20:22]
·         Uniqpost. Berita Pilihan. Tersedia : http://uniqpost.com/profil/r-a-kartini/ [7 Januari 2014, 20:30]